Dia, Si Wanita itu

Dia berjalan di antara ruang yang kosong,

menempelkan senyum di dinding hampa.

Hidupnya kosong, tapi tangannya sibuk mengisi

kosong yang bukan miliknya.


Dia memberi, memberi, memberi—

hingga tangannya lelah,

hingga hatinya terasa seperti beton.


Tapi dia terus mengisi,

karena takut,

bahwa jika ia berhenti,

kosong itu akan menelan semuanya.


Dia wanita dewasa.

Diam. Keras. Hampa.

Tapi di setiap kekosongan yang disentuhnya,

ada keajaiban kecil:

sesuatu yang tidak pernah kosong lagi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SESORAH TATA KRAMA

“TRI PANTANGAN TAMANSISWA”

Naskah Film Dokumenter