KESADARAN DAN RITME TUBUH
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Ilmu
keperawatan mencakup pengetahhuan tentang individu, keluarga, dan masyarakat
tentang kebutuhan biologis, psikologis, sosial, dan spiritualnya. Pada umumnya, yang diutamakan dan sangat
diperdulikan oleh masyarakat adalah kebutuhan biologis. Namun sebenarnya kebutuhan yang lainnya
sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan fungsi biologis. Sebab, kesemuanya itu berkaitan antara satu
dengan yang lainnya.
Psikologis,
baik perawat maupun tim kesehatan yang lainnya harus memahami betul hal
tersebut. Bahkan setiap individu juga
perlu mengetahuinya demi kesempurnaan hidupnya.
Dalam ilmu psikologi terdapat teori tentang kesadaran dan ketidak
sadaran.
Berdasarkan
uraian tersebut, penulis menyusun makalah dengan judul “Bentuk-Bentuk
Kesadaran”.
1.2. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
judul dan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah yaitu
bentuk-bentuk kesadaran.
1.3. Tujuan
Berdasarkan
judul, latar belakang dan rumusan masalah, tujuan penyusunan makalah ini yaitu
untuk memaparkan bentuk-bentuk kesadaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kesadaran
Kesadaran merupakan kemampuan individu mengadakan
hubungan dengan lingkungannya serta dengan dirinya sendiri (melalui panca
inderanya) dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya serta terhadap
dirinya sendiri (melalui perhatian).
Alam sadar adalah alam yang berisi hasil-hasil pengamatan kita kepada
dunia luar.
Kesadaran adalah kesadaran akan perbuatan.
Sadar artinya merasa, tau atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan
ingat akan dirinya, ingat kembali (dari pingsannya), siuman, bangun (dari
tidur) ingat, tau dan mengerti, misalnya , rakyat telah sadar akan politik.
2.2. Bentuk Kesadaran
Bentuk kesadaran dapat di bagi menjadi beberapa bagian seperti:
2.1. Kesadaran Yang Telah Luput Selama-Lamanya
Kesadaran jenis ini telah menjadikan seorang manusia
menjadi memandang benar seluruh perbuatannya. Tak peduli lagi dengan
rambu-rambu kebenaran. Tak mau mendengar lagi nasihat-nasihat jalan kebaikan. Bahkan,
tak mampu lagi merasakan adanya petunjuk Allah SWT.
Orang dengan kondisi kesadaran jenis ini dalam
kehidupannya selalu memandang rendah kepada sesama. Tak pandang bulu, siapapun
manusia yang dilihatnya selalu tampak sisi kelam dan buruknya bagi dia. Tak
dapat lagi dia merasakan getaran kebenaran. Semua tampak benar baginya. Apa
yang dilakukannya seolah kebenaran mutlak baginya.
2.2. Kesadaran Semu
Bentuk kesadaran jenis ini, seperti layaknya arah
angin yang selalu berubah-ubah. Terkadang ia menyadari kekhilafannya. Namun di
lain fihak ia pun selalu menggantungkan nasibnya bukan secara mutlak pada sang
penguasa Tak kurang hari ini, bagaimana seorang calon legislatif bertanya
kepada seorang yang pendidikannya jauh di bawah dia. Demi satu hal saja, bagaimana
caranya ia mendapatkan apa yang diinginkannya dengan menjadio seorang anggota
dewan yang terhormat.alam semesta, melainkan kepada orang-orang yang dia anggap
"pintar".
2.3. Kesadaran Hakiki
Kesadaran jenis inilah yang seharusnya kita miliki
saat ini. Dengan kesadaran hakiki, kita dapat merasakan bahwa betapa Allah SWT
sangat menyayangi kita sepenuhnya. Orang dengan kesadaran seperti ini melihat
kehidupan sebagai jalan untuk menuju kebahagiaan abadi. Tak gentar akan
perkataan orang yang mencibir, tak surut langkah ke belakang demi untuk
mempertahankan tanggung jawab yang diberikan - tanggung jawab dihadapan Sang
Pencipta.
Ia merasakan setiap langkahnya dibimbing ke arah yang
selalu meningkat menjadi lebih baik. Dalam setiap keadaan, baik atau buruk, ia
selalu dapat merasakan syukur. Ia pun telah mampu menghentikan setiap fitnah
hanya sampai di telinganya saja dan tak ada waktu untuk meneruskan
pembahasannya. Ia sanggup untuk selalu berhati-hati ketika tidak ada orang yang
melihat. Karena dalam pandangannya, saat inilah Mata Sang Pengasih menghisab
dirinya dengan tanpa kesalahan sedikitpun. Ia dapat melayangkan senyuman
bahagia saat tengah malam bertemuNya mengadukan segala kekurangannya.
Psikoanalisa membagi kesadaran manusia menjadi tiga
area, yaitu sadar (conscious), pra-sadar (pre-conscious/subconscious),
dan tak sadar (unconscious), dimana di dalam area kesadaran tersebut
beroperasi tiga struktur kepribadian: id (yang menggunakan prinsip pleasure-based),
ego (yang menggunakan prinsip reality-based), dan super-ego
(yang menggunakan prinsip value-based).
Behavioristik memandang kesadaran manusia sebagai
bentuk yang nampak berupa perilaku, namun beberapa behavioris-kognitif juga
mengakui bahwa di dalam otak manusia terdapat proses belajar yang turut membentuk
kesadaran tersebut. Dalam behavioristik, perilaku-perilaku abnormal manusia
disebut sebagai perilaku maladaptif. Behavioristik meyakini bahwa
perilaku-perilaku maladaptif manusia merupakan hasil belajar yang sifatnya
terkondisikan, daripada mekanisme pertahanan diri ego yang sifatnya
impulsif dan neurotis. Hasil belajar tersebut dapat diperoleh melalui proses
pengkondisian—melalui penguatan hubungan stimulus-respon dan/atau adanya reinforcement,
maupun proses kognitif—melalui proses observational learning (social
learning).
Humanistik juga memiliki kacamata yang berbeda, dari
psikoanalisa dan behavioristik, dalam memandang kesadaran manusia, yaitu
sebagai usaha pendayagunaan diri untuk mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup
hingga mencapai aktualisasi diri. Dengan kata lain, kesadaran manusia
termanifestasi di dalam pemberdayaan diri; manusia dianggap sadar jika dirinya
terus berusaha untuk mencapai aktualisasi diri, sebaliknya, manusia yang
berhenti mengusahakan aktualisasi dirinya dapat dikatakan bahwa ada sebagian
kesadarannya yang terpendam. Karena ketiga perspektif psikologi
tersebut—psikoanalisa, behavioristik, dan humanistik memandang kesadaran
manusia secara berbeda dan terpisah sehingga ada fenomena perilaku manusia yang
tidak terdeskripsikan oleh ketiganya, muncul perspektif keempat, yaitu
psikologi transpersonal.
Transpersonal berusaha mengintegrasikan pemahaman
tentang kesadaran manusia dari psikoanalisa, behavioristik, dan humanistik; dan
menambahkan satu faktor yang merupakan inti dari perspektif ini, yaitu
transendensi—keadaan dimana manusia berhasil memperoleh personal
consciousness dan mengalami universal consciousness.
Menurut Maramis bentuk-bentuk kesadaran yaitu:
1. Kesadaran normal.
Adalah suatu bentuk kesadaran yang ditandai individu
sadar tentang diri dan lingkungannya sehingga daya ingat, perhatian dan
orientasinya mencakup ruang, waktu dan orang dalam keadaan baik.
2. Kesadaran
menurun
Adalah suatu bentuk kesadaran yang berkurang
secara keseluruhan, kemampuan persepsi, perhatian dan pemikiran.
3. Kesadaran meninggi
Adalah suatu bentuk kesadaran dengan respon yang
meninggi terhadap rangsang.
4. Kesadaran waktu tidur
Adalah suatu bentuk kesadaran yang ditandai dengan
menurunnya kesadaran secara reversibel, biasanya disertai posisi berbaring dan
tidak bergerak.
5. Kesadaran waktu mimpi
6. Kesadaran waktu disosiasi
Adalah suatu bentuk kesadaran ditandai dengan keadaan
memisahkan sebagian tingkah laku atau kejadian dirinya secara psikologi dari
kesadaran.
7. Trance
Adalah keadaan kesadaran tanpa reaksi yang jelas
terhadap lingkungan yang biasanya mulai dengan mendadak.
8. Hipnotis
Adalah kesadaran yang sengaja diubah melalui sugesti.
9. Kesadaran yang terganggu
2.3. Tingkat
Kesadaran
Tingkat
kesadaran dibagi menjadi:
1.
Komposmetis
Sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun
lingkungannya. Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik.
2. Apatis
Pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya.
3. Delirium
Penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan
siklus tidur-bangun yang terganggu. Pasien tampak gaduh, gelisah, kacau,
disorientasi dan meronta-ronta.
4. Somnolen (letargie)
Keadaan mengantuk yang masih dapat pulih bila
dirangsang, tapi bila rangsang berhenti, pasien akan tidurb kembali.
5. Sopor (Stupor)
Keadaan mengantuk yang dalam. Bisa dibangunkan dengan
rangsang kuat (rangsang nyeri), tapi pasien tidak bangun sempurna dan tidak
dapat memberikan jawaban verbal dengan baik.
6. Semi koma
Penurunan kesadaran yang tidak memberikan respon terhadap
verbal, dan tidak dapat dibangunkan sama sekali, tapi reflex (kornea, pupil)
masih baik. Respon nyeri tidak kuat.
7. Koma
Penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada
gerakan spontan dan tidak ada respon terhadap rangsang nyeri.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesadaran merupakan kemampuan
individu mengadakan hubungan dengan lingkungannya serta dengan dirinya sendiri
(melalui panca inderanya) dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya
serta terhadap dirinya sendiri (melalui perhatian).
Bentuk kesadaran meliputi kesadaran
yang telah luput selama-lamanya, kesadaran semu, dan kesadaran hakiki. Psikoanalisa membagi kesadaran manusia
menjadi tiga area, yaitu sadar (conscious),
pra-sadar (pre-conscious/subconscious), dan tak sadar (unconscious). Behavioristik memandang kesadaran manusia
sebagai bentuk yang nampak berupa perilaku.
Humanistik memandang kesadaran manusia termanifestasi di dalam
pemberdayaan diri. Transpersonal
menambahkan satu faktor yang merupakan inti dari perspektif ini, yaitu
transendensi—keadaan dimana manusia berhasil memperoleh personal
consciousness dan mengalami universal consciousness.
Menurut Maramis bentuk-bentuk
kesadaran yaitu: Kesadaran normal, Kesadaran menurun, Kesadaran meninggi,
Kesadaran waktu tidur, Kesadaran waktu mimpi, Kesadaran waktu disosiasi, Trance,
Hipnotis, Kesadaran yang terganggu.
Tingkat Kesadaran meliputi: Komposmetis, Apatis, Delirium, Somnolen
(letargie), Sopor (Stupor), Semi koma, dan Koma.
3.2. Saran
Perawat dan tim kesehatan lainnya
penting mengetahui bentuk-bentuk kesadaran.
Bahkan individu dan masyarakat secara umum pun baik jika mengetahuinya.
Agar tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya baik.
Komentar
Posting Komentar