RESUME TEORI PERILAKU
RESUME
TEORI PERILAKU
Perilaku
individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat adanya
rangsangan (stimulus) baik dari dalam dirinya sendiri (internal)
maupun dari luar individu (eksternal). Pada hakekatnya perilaku individu
mencakup perilaku yang tampak (overt behaviour) dan perilaku yang tidak
tampak (inert behavior atau covert behavior).
Perilaku manusia itu
didorong oleh motif
tertentu sehingga manusia itu berprilaku. Dalam hal ini ada beberapa teori,
diantara teori-teori tersebur dapat dikemukakan:
1. Teori
Instirng
Menurut
McDougall perilaku itu deisebabkan karena instirng dan McDougall
mengajukan suatu daftar insting. Insting merupakan perilaku yang innate, perilau
yang bawaan, dan insting
akan mengalami perubahan karena pengalaman.
2. Teori
dorongan (drive theory)
Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa
organisme itu mempunyai dorongan-dorongan atau drieve tertentu
dorongan-dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan-kebututuhan organisme yang
mendorong organism berprilaku. Teori
ini menurut Hull juga disebut teori drive reduction.
3. Teori
insentif (incentive theory)
Bahwa perilaku timbul darena adanya insentif atau
reinforcement. Perilaki semacam ini dikupas secara tajam dala psikologo
belajar.
4. Teori
atribusi
Teori ini ingin menjelaskan tentang sebab-sebab
perilaku orang. Apakah perilaku itu disebabkan oleh disposisi internal (misal
motif, sikap, dsb.) ataukah oleh keadaan eksternal. Teori ini dikemukakan oleh Fritz.
5. Teori
kognitif
Dengan kemampuan
berpikir seseorang akan dapat melihat apa yang terjadi sebgai bahan
pertimbangannya disamping melihat apa yang dihadapi pada waktu sekarang dan
juga dapat elihat ke depan apa yang akan terjadi dalam seseorang bertindak.
PROSES PEMBENTUKAN
1. Cara
pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan
Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang
diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut. Misal anak dibiasakan
bangun pagi, atau menggosok gigi sebelum tidur, mengucapkan terima kasih bila
diberi sesuatu oleh orang lain, dan sebagainya. Cara ini didasarkan atas teori
belajar kondisioning baik yang dikemukakan oleh Pavlov maupun Thorndike dan
Skinner.
2. Pebentukan
perilaku dengan pengertian (insight)
Cara ini berdasarkan atas teori belajar kognitif,
yaitu belajar dengan disertai adanya pengertian. Bila dala eksperimen Thorndike
dalam belajar yang dipentingkan adalah soal latihan, maka eksperimen Kohler
dala belajar yang penting adalah pengertian atau insight. Kohler adalah salah
seorang tokoh dala psikologi Gestalt dan termasuk dalam aliran kognitif.
3. Pembentukan
perilaku dengan
menggunakan model.
Kalau orang bicara bahwa orang tua sebagai contoh anak-anaknya,
pemimpin sebagai panutan dipimpinannya, hak tersebut menunjukan pembentukan perilaku dengan menggunakan model atau contoh oleh yang dipimpinnya.
Cara ini didasarkan atas teori belajar social (social learning theory) yang
dikemkakan oleh Bandura.
FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
Menurut Green (2000), perilaku
dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu: faktor predisposisi ( predisposing
factor), faktor pemungkin (enabling factor), dan faktor penguat (reinforcing
factor) (Notoatmodjo, 2003; Green, 2000).
1. Faktor-faktor
predisposisi (predisposing factor) terwujud dalam:
a Pengetahuan
Pengetahuan
adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensori khususnya mata dan
telinga terhadap obyek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbetuknya perilaku terbuka.
b Sikap
Sikap
adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek baik
yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup tersebut.
c
Nilai-nilai
Nilai-nilai atau norma yang berlaku akan
membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai atau norma yang telah melekat
pada diri seseorang.
d Kepercayaan
Seseorang
yang mempunyai atau meyakini suatu kepercayaan tertentu akan mempengaruhi perilakunya
dalam menghadapi suatu penyakit yang akan berpengaruh terhadap kesehatannya.
e Persepsi
Persepsi
merupakan proses yang menyatu dalam diri individu terhadap stimulus yang
diterimanya. Persepsi merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian
terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan
sesuatu yang berarti dan merupakan respon yang menyeluruh dalam diri individu.
Skinner
seorang ahli psikologi (dalam Notoatmodjo, 2010:20) merumuskan bahwa “perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar)”.
Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus, organisme,
respons sehingga teori Skinner ini disebut dengan teori “ S-O-R” (Stimulus,
Organisme, Respons ).
Notoatmodjo
(2010:21) berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1.
Perilaku tertutup (covert
behavior) .
Perilaku
tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat
diamati orang lain (dari luar) secara jelas.
2.
Perilaku terbuka (overt
behavior)
Perilaku
terbuka terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan
atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observable behavior”.
Respon
ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan). Bentuk operasional dari perilaku
dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :
a.
Perilaku dalam bentuk
pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan rangsangan.
b.
Perilaku dalam bentuk sikap,
yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri si
subyek.
c.
Perilaku dalam bentuk tindakan,
yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap situasi dan suatu rangsangan dari
luar.
Benyamin Bloom
(1908) seorang ahli psikologis pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam
3 domain. Pembagian ini dilakukan untuk tujuan pendidikan. Bahwa dalam suatu
pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku
tersebut, yakni:
1. Kognitif
2. Afektif
3. Psikomotor
Komentar
Posting Komentar