Retakan yang Mengajar Sunyi
Ada retak yang tak butuh palu,
lahir dari diam yang menipu.
Ia menjalar pelan,
menyusup ke pori dinding kesadaran.
Asap hitam tak turun dari langit,
melainkan naik dari dasar waktu,
membungkus logika dengan benang tipis
yang baunya seperti kesalahan lama.
Cermin berdebu tersenyum bengkok,
pantulannya menukar gelap dengan kejujuran.
Setiap serpihnya menulis kisah:
tentang luka yang belajar bicara dengan angkuh.
Di ruang tanpa arah,
gema memakan dirinya sendiri.
Dan ketika senyap menjadi satu-satunya bahasa,
ia tertawa tanpa suara,
tanpa bentuk,
tanpa ampun.
Komentar
Posting Komentar