Ruang Yang Mengunyah

Di balik dinding-dinding kaca,

ada bisu yang memakan tulang,

setiap langkah kaki yang tersenyum

meninggalkan jejak api dingin di paru-paru.


Aku bernapas di ruang yang menekuk,

udara berat, pekat,

menghimpit hati sampai dentingnya sendiri terdengar,

setiap tatapan adalah duri yang menancap diam-diam.


Aku menahan gelombang, menekuk semua amarah,

menyimpan ledakan di antara tulang rusuk,

hingga tiap ingatan tentang mereka

adalah batu besar yang mendorong dada ini ke bawah.


Dan aku belajar menari di atas tekanan itu,

menjadi bayangan yang tak terlihat,

sementara ruang itu terus mengunyah,

menelan keadilan yang seharusnya,

meninggalkan hanya gema kemarahan yang tak terdengar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SESORAH TATA KRAMA

“TRI PANTANGAN TAMANSISWA”

Naskah Film Dokumenter