Rumah Yang Tak Pernah Ia Sapa Lagi
Ia...
yang dulu pergi bukan karena tak tahu jalan,
tapi karena tak sanggup menatap mata yang masih percaya padanya.
Ia pikir, di luar sana ada bab baru
padahal yang ia temui cuma ruang kosong
berisi suara-suara dari masa lalu
yang ia kira sudah ia matikan.
Kini ia duduk di meja makan asing,
dikelilingi wajah-wajah yang memanggilnya
tapi tak mengenal sejarah langkahnya.
Dan di sela tawa yang ia paksakan,
ada jeda sunyi yang hanya bisa diisi
oleh nama anak yang tak lagi menyapanya.
Bunganya mekar,
bukan dengan bimbingan,
tapi dengan kehilangan.
Belajar kuat dari sepi,
belajar bijak dari luka,
belajar menjadi rumah
tanpa harus punya yang pulang.
Dan entah di mana,
di malam yang terlalu panjang,
Ia menatap langit dan sadar
ia bukan kehilangan bunga,
ia kehilangan versi dirinya
yang dulu masih pantas disebut ......
Komentar
Posting Komentar